Kamu pasti pernah mendengar beberapa istilah program akselerasi karir yang ada di dunia kerja. Mulai dari Management Trainee, Officer Development Program, ataupun Management Development Program.
Ada banyak perusahaan yang membuka program akselerasi karir ini dengan tujuan untuk mencari calon-calon leader ataupun mengisi posisi manajerial di perusahaan. Perusahaan yang membuka program akselarasi karir biasanya menggunakan metode pendekatan tim dalam proses seleksinya. Pendekatan tim sendiri adalah pendekatan untuk mengevaluasi berbagai soft skills yang dimiliki oleh kandidat. Soft skills yang dievaluasi biasanya mencakup kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, persuasi, dan leadership atau kepemimpinan.
Nah, salah satu metode yang paling efektif untuk melakukan seleksi dengan pendekatan tim adalah melalui leaderless group discussion atau LGD.
👉 Baca Juga: Panduan Sukses Mengikuti Management Trainee Program
Melansir dari Bass dalam Psychological Bulletin, leaderless group discussion adalah proses pertukaran pendapat yang dilakukan sekelompok orang dalam sebuah grup tanpa adanya seorang moderator dan dilakukan selama durasi waktu tertentu.
Di dalam leaderless group discussion tidak ada peran moderator selama diskusi berlangsung, baik dari tim rekruter ataupun dari peserta diskusi. Tim rekruter dalam leaderless group discussion hanya berperan sebagai observer dan menilai performance kandidat selama menjadi peserta diskusi.
Leaderless group discussion punya fungsi umum untuk menyaring potensi terbaik dari kandidat dan menilai apakah karakter mereka sesuai dengan nilai yang sesuai dengan perusahaan miliki atau butuhkan.
Leadership group discussion juga punya fungsi untuk memudahkan rekruter dalam menyeleksi kandidat yang memang punya kemampuan leadership. Melalui focus group discussion, rekruter bisa dengan mudah melihat kandidat mana saja yang hanya ingin berkuasa dan kandidat mana yang memang punya potensi untuk memimpin sebuah tim.
Selama focus group discussion juga bisa membantu rekruter dalam menyeleksi kandidat mana saja yang lebih punya punya pemikiran terbuka dan mudah menghargai pendapat orang lain.
Pada akhirnya, leaderless group discussion digunakan rekruter untuk bisa menyeleksi kandidat yang memang punya potensi sebagai leader yang efektif bagi tim.
Selain memilah kandidat yang punya potensi leadership, rekruter umumnya menggunakan leaderless group discussion sebagai metode untuk mengobservasi dan menilai performa kandidat.
Rekruter juga menggunakan leaderless group discussion untuk menilai beberapa keterampilan tertentu yang dimiliki kandidat dan dibutuhkan oleh perusahaan.
Beberapa poin yang umumnya digunakan rekruter untuk menilai kandidat selama leaderless group discussion di antaranya adalah sebagai berikut:
Kemampuan analisis dan pemecahan masalah (problem-solving) umumnya terlihat ketika peserta diskusi bisa memahami dengan baik studi kasus yang diberikan, membuat konsep analisis, dan memberikan ide-ide solusi untuk kasus tersebut.
Karena leaderless group discussion dilakukan tanpa adanya moderator yang mengatur jalannya diskusi, peserta LGD dituntut untuk bisa bekerja sama menjalankan diskusi supaya tetap terarah dan bisa mendapatkan hasil diskusi akhir yang disepakati oleh peserta lainnya.
Inisiatif yang dimaksud dalam leaderless group discussion bisa mencakup sikap peserta diskusi untuk menyampaikan hasil analisis dan pendapatnya kepada forum diskusi tanpa harus didorong oleh peserta lain. Sikap inisiatif dalam LGD juga bisa ditunjukkan ketika diskusi berakhir dan peserta menawarkan diri untuk menyampaikan hasil akhir diskusi tersebut.
Komunikasi efektif merujuk pada kemampuan peserta diskusi untuk menyampaikan ide dan opininya dengan baik dan bisa dengan mudah dipahami oleh peserta diskusi lainnya.
Berdiskusi tanpa adanya moderator yang mengatur alur diskusi tentunya jadi challenge tersendiri. Dalam diskusi terbuka, bukan tidak jarang ada peserta diskusi yang terlalu aktif dan akhirnya tidak memperhatikan pendapat peserta lainnya.
Nah, di sini lah kemudian active-listening itu jadi hal yang perlu kamu tunjukkan ketika menjadi peserta leaderless group discussion.
Active-listening skill dalam LGD pada dasarnya adalah kemampuan untuk mendengarkan dan memperhatikan pendapat dari peserta diskusi lain secara attentive. Bukan hanya mendengarkan dan memperhatikan, tapi peserta diskusi yang memiliki active-listening skill biasanya juga akan mencatat poin-poin dan memberikan respon solutif terhadap pendapat tersebut.
Kemampuan persuasif dalam leaderless group discussion merujuk pada kemampuan seorang peserta diskusi untuk mempengaruhi peserta lain untuk menyetujui dan mendukung pendapat yang dia sampaikan dalam forum. Tapi, perlu diingat bahwa selama melakukan persuasi, kamu tidak boleh bersikap overbearing ketika menyampaikan pendapatmu.
Sisi leadership dalam LGD tidak harus kamu tunjukkan dengan menawarkan diri sebagai moderator dalam diskusi. Apalagi karena konsep LGD sendiri adalah leaderless. Sebagai gantinya, sikap leadership yang bisa kamu tunjukkan selama LGD di antaranya adalah dengan mengajak dan memotivasi peserta lain untuk ikut terlibat aktif untuk menyampaikan pendapatnya selama diskusi. Sikap leadership dalam LGD juga bisa terlihat ketika kamu bisa memastikan diskusi berjalan dengan baik, terarah, dan bisa mencapai final decision di akhir waktu diskusi yang sudah ditentukan.
👉 Baca Juga: Dream Job! Inilah Program Management Trainee Paling Diminati di Indonesia!
Selama mengikuti leaderless group discussion, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan. Baik itu hal untuk dihindari ataupun hal yang perlu banget kamu lakukan.
Hal yang perlu dilakukan selama LGD
Berikut ini adalah beberapa contoh sikap yang perlu kamu lakukan ketika menjalani proses leaderless group discussion:
Hal yang perlu dihindari selama LGD
Selain memperhatikan hal yang perlu dilakukan selama LDG, kamu juga perlu memperhatikan beberapa hal berikut untuk dihindari selama diskusi:
Tips Lolos LGD
Setelah mengetahui do’s & don’ts selama LGD, ada juga nih beberapa tips tambahan yang bisa kamu persiapkan dan lakukan supaya bisa lolos tahapan leaderless group discusion dalam proses seleksi kerja.
Pahami isu-isu terkini
Mempersiapkan diri dengan matang diperlukan banget lho untuk bisa lolos LGD. Terutama persiapan memperluas pengetahuan terkait isu-isu terkini yang memang sedang tren. Isu-isu yang dimaksud bukan hanya terbatas pada isu-isu yang berkaitan dengan pekerjaanmu, tapi juga isu-isu yang sering terjadi di dunia kerja ataupun berita nasional terkini.
Jadi, pastikan untuk selalu up to date dengan berbagai informasi baru yang ada. Pahami isunya dan coba bayangkan solusi apa yang bakal kamu berikan untuk berbagai isu tersebut.
Sampaikan pendapat secara efektif
Saat berdiskusi, ada baiknya kalau kamu mencatat terlebih dahulu analisis dan konsep opinimu untuk kasus yang didiskusikan. Dengan mencatat analisismu sebelum menyampaikannya ke dalam forum diskusi, kamu bisa dengan mudah menyampaikan pendapatmu dengan lancar, to the point, dan tidak melebar.
Catat poin-poin yang muncul selama diskusi
Kamu juga bisa lho mencatat poin-poin pendapat dari peserta lain selama diskusi. Catatan ini kemudian bisa kamu manfaatkan ketika memberikan dukungan atau sanggahan pendapat kepada peserta diskusi lainnya.
Catatan ini juga menjadi penting ketika diskusi sudah sampai tahap akhir dan ini bisa jadi acuanmu ketika mengajukan diri sebagai peserta yang menyampaikan hasil diskusi akhir.
Menjadi pendengar yang baik
Hargai peserta diskusi lainnya, terutama ketika mereka menyampaikan pendapat. Jadilah pendengar yang baik yang memperhatikan secara seksama apa yang peserta lain sampaikan, catat poin-poin pendapat mereka, dan merespon pendapat mereka dengan baik.
Nah, itu dia pembahasan tentang leaderless group discussion sebagai salah satu tahapan seleksi kerja. Temukan tips karir lainnya di sini. Kamu juga bisa kunjungi laman Prosple untuk mendapatkan informasi terbaru lowongan kerja yang terbuka untuk fresh graduate.
Sumber:
Bass, B. M. (1954). The leaderless group discussion. Psychological Bulletin, 51(5), 465–492
Juola, A. E. (1957). Leaderless Group Discussion Ratings: What Do They Measure? Educational and Psychological Measurement, 17(4), 499–509.
Apply ke berbagai lowongan kerja di bawah ini yuk 🚀